Teori Etnometodologi


Teori Etnometodologi

Tidak banyak ilmuwan sosial di Indonesia yang memahami Etnometodologi sebagai suatu kajian ilmu sosial yang interdisipliner. Tidak banyak buku – buku yang diterbitkan yang secara khusus membahas etnometodologi. Dibandingkan dengan saudara sebangsanya, Fenomenologi, Etnometodologi masih jarang diketahui oleh mahasiswa maupun akademisi dalam rumpun ilmu – ilmu sosial. Harold Garfinkel, memperkenalkan etnometodologi sebagai suatu kajian dan metode untuk pertama kalinya pada 1967, lewat karyanya yang berjudul: “Studies in Etnomethodology”. Karya tersebut langsung mendapat kritikan secara terus menerus dari para akademisi sosial.

Respon – respon awal yang diterima Etnometodologi sangat pedas dan menyebabkan Garfinkel disingkirkan  dari percaturan akademisi sosial. Etnometodologi menurut Garfinkel  memusatkan perhatian pada organisasi sehari – hari. Etnometodologi berpadangan bahwa kegiatan yang dilakukan individu dilakukan sehari – hari dan relatif tanpa berpikir. Hal ini menjadi fokus utama Etnometodologi tidak pada struktur,  namun memfokuskan bagaimana individu membangun kesadaran dan pemahaman akan struktur.

Sejarah Teori Etnometodologi

Istilah metodologi berasal dari bahsa Yunani yang mempunyai arti  “metode” yang digunakan orang dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.bila dinyatakan secara sedikit berbeda, dunia dipandang senbagai penyelesaian masalah secara praktis secara terus menerus. Manusia dipandang rasional, tetapi dalam pemyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari mereka menggunakan “penalaran praktis” bukan logika formula.

Istilah Etnometodologi muncul sebagai istiah yang dicetuskan Grafinkel pada berbagai seminar dan pertemuan American Sociological Association 1954. Gagasan-gagasan Grafinkel tersebut menarik banyak perhatian mahasiswa dan kolega Grafinel lainnya. Pada periode selanjutnya, Grafinkel menyebut Etnometodologi sebagai suatu kajian empiris yang dapat berdiri sendiri dan mandiri.

Definisi Teori Etnometodologi

Definisi yang pernah dikemukakan yakni kumpulan pengetahuan berasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan (metode) yang dengannya masyarakat biasa dapat memahami,mencari tahu, dan bertindak berdasarkan situasi  dimana mereka menemukan dirinya sendiri.

Pemahaman lebih  mendalam tentang sifat dasar etnometodologi dapat dimulai dengan meneliti upaya pendirinya, Grafinkel, untuk mendefinikasikannya. Seperti Durkheim, Grafinkel menganggap fakta sosialsebagai sosiologi fundamental. Namun, fakta sosial menurut Grafinkel sangat berbeda dari fakta sosial menurut Durkheim. Menurutnya, fakta sosial berada di luar dan memaksa individu. Pakar yang menerima pemikiran demikian cenderung melihat aktor dipaksa atau ditentukan oleh struktur dan pranata sosial dan sedikit sekali kemampuannya atau tak mempunyai kebebasan untuk membuat pertimbangan. Seperti sosiolog, pakar etnometodologi cenderung membicarakan aktor “ si tolol yang memberikan pertimbangan.”

Sebaliknya , etnometodologi membicarakan objektivitas fakta sosial sebagai prestasi anggota, sebagai produk aktivitas metodologis anggota.Grafinkel melukiskan sasaran perhatian sebagai berikut:

Realitas objektif fakta sosial bagi etnometodologi adalah fenomena fundamental sosiolog karena merupakan setiap produk masyarakat setempat yang diciptakan dan diorganisir secara alamiah, terus-menerus,prestasi praktis, selalu,hanya,pasti dan menyeluruh,tanpa henti dan tanpa peluang menghindar,meyembunyikan diri, melampaui, atau menunda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian Literature

Topik Penelitian Komunikasi dan gaya visual yang digunakan oleh Arif Muhammad dalam Video Youtubenya sebagai konten Kreator.