KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARAKTER GARUDA DALAM KOMIK MODERN INDONESIA GARUDAYANA

I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Garuda sebagai lambang negara memiliki makna yang besar bagi bangsa Indonesia. Dalam karya komik Garudayana, Garuda menjadi tokoh utama dalam cerita yang mengambil setting dunia pewayangan Arcapada. Kajian semiotika ini dilakukan untuk mengetahui makna semiotik pada visual karakter tersebut berdasar pada karakter fisik, ekspresi, ataupun art style.

Semiotika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna yang terdapat di dalamnya. Teori semiotika yang digunakan adalah teori dari Roland Barthes yang membahas dengan menggunakan makna denotatif dan konotatif. Kajian dilakukan melalui penelitian berdasarkan bahan literatur yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Menurut hasil penelitian, ditemukan bahwa wujud dari Garuda dalam Garudayana memiliki arti semiotika yang berhubungan dengan kultur dan budaya, terutama yang ada di Jawa. Ciri khas yang paling nampak terlihat ditemukan pada aksesoris kepala yang dikenakan.

    B. Rumusan Masalah

  1.   Mengetahui awal mula penerbitan Komik Garudayana
  2.   Mengetahui alasan mengapa Garuda menjadi tokoh utama pada Komik Garudayana
  3.   Mengetahui rangkaian proses hibriditas pada Komik Garudayana

     C. Rangkaian Teori

  • PENERBITAN KOMIK GARUDAYANA Garudayana adalah komik aksi fantasi karangan komikus Is Yuniarto. Komik Garudayana mulai terbit perdana pada tahun 2009 dan hingga saat ini masih dilanjutkan oleh berbagai penerbit dalam bentuk komik fisik maupun komik web. Garudayana merupakan salah satu judul komik Indonesia dengan berbagai rilisan produk derivatif serta distribusi ke luar negeri dengan alih bahasa.
  • GARUDA SEBAGAI TOKOH UTAMA Bersetting di dunia pewayangan Arcapada, seorang pemburu bernama Kirana menemukan telur emas Garuda yang legendaris dan konon menyimpan sebuah kekuatan besar. Seketika itu pula, Kirana dan Garu yang menetas dari telur tersebut menjadi incaran berbagai pihak seperti Kurawa dan Ashura yang menginginkan kekuatan Garuda.
  • RANGKAIAN PROSES HIBRIDITA Sterdapat elemen intertekstualitas dan penokohan berdasarkan jenis kelamin yang ditentukan oleh Mahabharata secara tidak langsung satu sama lain. Keseluruhan proses tersebut menghasilkan Garudayana sebagai komik yang memiliki identitas hibrida dan dianggap sebagai media alternatif karena memiliki Mode Alamat dan sifat-sifat Media alternatif.

II. Isi

    A. Pembahasan

    Terbitnya Garudayana sebagai bagian dari komik Indonesia kontemporer yang mengadopsi dua identitas budaya berbeda bangsa, yaitu wayang (lokal) dan manga (Jepang), menjadikan komik ini memiliki identitas hibrida dalam gaya penyajiannya, di mana unsur wayang terdapat pada keterlibatan tokoh-tokoh populer wayang. Sedangkan unsur manga menonjol pada gaya gambar dan elemen visual.


Penelitian ini bertujuan untuk mencari keterpengaruhan komik Garudayana dari manga Jepang dan mendeksripsikan komik Garudayana sebagai media alternatif. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dan tradisi semiotika dan sub-tradisi semiotika bergambar untuk mengkaji konten komik Garudayana dan mendeskripsikan setiap tanda intrinsik yang mengandung identitas hibrida pada Komik Garudayana yang memiliki keserupaan dengan tanda-tanda yang ada pada manga. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komik Scott McCloud (2006: 49), Teori Identitas Hibrida dari Keri Lyall Smith (2008: 4-6), dan Teori Pictorial Semiotics dari Goran Sonesson (1998:1)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa Garudayana memiliki elemen identitas hibrida berupa: tema cerita wayang lakon carangan Mahabharata; tokoh-tokoh Pandawa, Ponokawan dan Kurawa; konsep dan penggambaran visual latar tempat yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia; konsep tokoh antagonis berupa monster humanoid (yang menyerupai manusia) dari binatang-binatang khas Nusantara; dan panel komik dekoratif khas Nusantara yang memperkuat kesan lokalitas Indonesia. Elemen tersebut bercampur dengan manga sebagai gaya gambar dan identitas kultural Jepang yang memiliki elemen hibrida berupa kode visual dan kode linguistik. Percampuran dua elemen identitas kultural tersebut disebut hibriditas.

    B. Wujud karakter yang ada pada Komik Garudayana

        1. Karakter Garu

    Mahkota atau irah-irahan yang terdapat pada kepala Garu merupakan simbol keagungan seekor garuda. Bentuk kethu yang digunakan menyerupai bentuk penyederhanaan dari kethu dewa. Kethu merupakan penutup kepala yang menunjukkan seseorang yang sudah lanjut usia dan oleh karena itu, bentuk kethu yang belum sempurna tersebut berguna untuk menunjukkan Garu yang masih muda dan belum banyak pengalaman. Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa Karakter Garu secara visual dalam wujud garuda kecil ini dipengaruhi oleh budaya, terutama budaya Jawa.

    2. Karakter Garuda Raksasa

    Secara visual, Garuda raksasa ini merupakan wujud yang menggambarkan akanmenjadi seperti apa Garu ketika menjadi dewasa. Pada wujud ini bentuk Garu sudahmenyerupai seekor burung pada umumnya, meskipun hanya separuh saja. Dengan bagian kaki dan ekor tidak terbentuk. Bentuk paruh digambarkan sudah menjadi besar dengan gigigigi tajam yang nampak di sekitarnya, beserta lidah yang panjang.


    3. Karakter Anak Kecil

    Dalam cerita, wujud anak kecil muncul ketika Garu harus menyembunyikan wujud aslinya agar tidak membuat gempar seisi desa. Walaupun akhirnya wujud asli Garuda ketahuan, namun wujud karakter ini cukup menggambarkan karakter yang dimiliki oleh Garuda. Secara visual, wujud ini berupa seorang anak laki-laki biasa yang mengenakan sebuah mahkota dan berpakaian sehelai kain yang dililitkan pada tubuh hingga lutut dengan posisi hanya menutupi salah satu bahu saja.


    4. Karakter Senjata

    Di dalam cerita, wujud senjata Garu muncul ketika Ashura kembali menyerang mereka.Setelah panah beku milik Arjuna menghentikan gerakan Ashura, Garu berubah wujud menjadi senjata yang digunakan oleh Kinara untuk mengalahkan Ashura. Pada wujud ini, Garu dapat menembakkan tembakan laser yang melemparkan Ashura. Seperti pada perubahan-perubahan sebelumnya, bentuk senjata ini hanya muncul sekilas saja.


III. Penutup

     Kesimpulan 

    Garudayana merupakan contoh penceritaan kisah wayang pada era modern ini yang mengisahkan kisah-kisah kepahlawanan Mahabharata dengan cara yang berbeda. Dengan memakai media komik yang lebih menarik bagi generasi muda masa kini dan art style yang menggunakan style manga dengan bumbu khas Indonesia memunculkan sebuah komik yang mampu dinikmati oleh generasi masa kini. Komik ini digarap dengan harapan bahwa generasi masa kini dapat lebih mengerti dan tertarik mempelajari kembali kisah pewayangan Indonesia yang dewasa ini mulai ditinggalkan. Padahal, wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang telahdibangun oleh generasi pendahulu kita yang seharusnya dilestarikan.

Melalui teori semiotika, berbagai wujud Garu secara visual memiliki makna secaradenotatif yang dapat diteliti dan dimaknai secara langsung, kemudian juga makna secara konotatif yang menggunakan budaya Jawa seperti pewayangan untuk mengartikan makna dari simbol yang dimunculkan. Karakter Garu kecil digambarkan dengan mengambil simbol dari Garuda Pancasila dengan budaya pewayangan yang dikombinasikan menghasilkan sebuah karakter.

  

Sumber:

http://repository.unika.ac.id/14900/1/11.13.0017%20Stefan%20Christian%20COVER.pdf

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/5105

"Manusia tidak ada yang sempurna, tapi tetaplah berusaha menjadi yang sempurna."

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Objek Kajian Semiotika "Motif Pada Batik Baju Karyawan Serbagai Identitas Universitas Esa Unggul Jakarta"

Kajian Literature